Hari Keempat (It’s Ski Day!!)
Ketagihan main ski di Korea awal tahun
lalu bikin saya pun ga melewatkan kesempatan untuk kembali main ski di Beijing.
Setelah mencari informasi,
akhirnya saya memutuskan main ski di Nanshan Ski Village saja. Untuk ke sana, bisa naik shuttle
service dari Wudaokou. Harga shuttle-nya RMB25 untuk pergi dan pulang.
Berangkat jam 8 pagi dari Wudaokou, dan kembali dari Nanshan Ski Village jam 17.30.
Ternyata cukup ramai orang yang mau ke
sana. Untung saya datang pagi, jadi begitu pintu bus dibuka saya langsung masuk
dan duduk paling depan. Banyak yang tidak terangkut, tapi sepertinya ada bus
ke-dua yang akan datang.
Menunggu di dalam bus - suhu di luar 4 derajat Celcius |
Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan, akhirnya bus memasuki area parkir. Semua orang langsung buru-buru turun, termasuk saya dan teman. Wuzzz.. angin dingin langsung menyerbu. Ampunnn.. Uda kebingungan mesti ke mana, pake kedinginan parah lagi. Pengennya cepet-cepet masuk ruangan biar hangat. Tapi ternyata harus beli tiket dulu di luar sebelum diijinkan masuk ke dalam pagar Nanshan Ski Village. Setelah beli tiket, saya langsung nyelonong masuk ke ruangan yang ada di depan dan sudah ramai orang. Loketnya banyak, tapi saya bingung karena kebanyakan keterangan di atas loket berbunyi “yun ding” yang artinya sudah book tiket, mungkin lewat email atau telepon. Lah kalau belum punya tiket di mana donk belinya?
Mungkin karena muka bingung saya terlalu
tersirat, maka ada yang nanya “udah book belum, kalau belum di luar beli
tiketnya.” Ohh.. salah tempat donk.
Tapi pas ke luar, mungkin saking
dinginnya, ampe ga keliatan ada deretan loket di sisi kiri. Langsung aja
nyelonong masuk ke dalam ruangan besar yang berisi loker dan tempat sewa peralatan
ski. Sementara temen udah nyelonong masuk
dan saya masih di luar, langsung didatangi petugas dan ditanyakan tiket. Lah
kan ga tau loket di mana, ya belum punya tiket. Terus ditunjukin deh loket
berjejer di kiri yang luput dari penglihatan kami berdua. Haiyaaa...
Adegan beli tiket pun ga kalah seru.
Sementara petugas di loket ga bisa berbahasa Inggris dan saya hanya berbahasa
Mandarin pas-pasan. Ga mudeng-mudeng gimana cara beli tiketnya. Saya ampe
nunjukin brosur yang uda diambil di ruangan sebelumnya, kasi tanda centang di
brosur buat nunjukin kalau saya mau main ski 3 jam, mau sewa baju dan celana
ski, goggles, gloves, ski boots, ski board, poles dan loker. Tapi pas dikasi
tau harganya, lah kok mahal pisan. Saya pun kembali menjelaskan saya cuma mau
ini itu ini itu. Petugas pun menjelaskan lagi kali ini sambil bilang bahwa kami
ga perlu bilang ke dia mau sewa apa aja, itu nanti di dalam, dan tiba-tiba
tercetus kata “ya3jin1” berkali-kali. Opo meneh ini “yajin”. Sambil tebak-tebak
buah manggis, saya dan teman pun menyimpulkan kalau “yajin” adalah deposit yang
akan dikurangi kalau perlengkapan yang kami pinjam ada yang rusak. Oke lah
kalau begitu, kami pun langsung membayar sejumlah yang disebutkan, menerima
kartu untuk menebus deposit nanti setelah main dan satu kartu lagi untuk proses
pinjam meminjam perlengkapan di dalam.
Sampai di dalam, bingung lagi gimana cara
sewa perlengkapannya. Hal pertama yang kami lakukan adalah mendekat ke loket
yang sepertinya peminjaman baju. Ternyata benar. Di loket pertama ini kami
pinjam baju, celana, goggles, gloves dan kunci loker. Tinggal kasi kartu yang
tadi dikasi saat beli tiket, beres. Dari situ kami ke tempat peminjaman boots,
ski boards dan ski poles. Kok keren banget yang jaga bisa tahu ukuran boots
buat saya dan teman tanpa meminta kami menyebutkan nomor sepatu kami.
Peralatan sudah komplit, saatnya bertukar
pakaian, menyimpan semua barang di loker dan bersiap-siap meluncur. Ihiyy...
Siap meluncur |
Kebetulan hari itu slope-nya sepi.
Sebagai seorang beginner, tentu saya ga berani macam-macam naik lift ke atas
bukit untuk meluncur. Naik eskalator pun baru dicoba setelah beberapa saat.
Nekat sebenarnya. Tapi karena saya lihat sedang sepi, kemungkinan nubruk orang
sih nyaris ga ada. Paling juga jatuh sendiri karena ga bisa ngerem hihi.
Keliatan bajunya minjem - kegedean banget *background: slope yang sepi banget* |
Naik escalator buat meluncur dari atas |
Sepi, bebas ke sana ke mari |
Meluruskan kaki setelah lelah bermain-main |
Selesai main dan mengembalikan peralatan,
baru jam 1 siang. Kami mampir ke food court di sana, makan siang dulu sambil
mikirin gimana caranya balik ke Beijing. Sayang soalnya waktu terbuang di sini
cuma buat nungguin shuttle bus balik ke Wudaokou yang baru akan ada jam 17.30.
Maka akhirnya dimulailah petualangan berikutnya di ski resort ini.
Sesuai informasi yang sudah saya browse
sebelumnya, bahwa bisa kembali ke Beijing dengan naik bus nomor 980. Tapi harus
naik taksi dulu dari depan Nanshan Ski Village. Nah, itulah masalahnya. Saya ga
tau gimana kasih tau supir taksinya kalau kami mau turun di halte terdekat
untuk naik bus nomor 980. Akhirnya minta tolong ke petugas di loket untuk
ketikin nama halte bus yang harus dituju dalam huruf mandarin di HP saya.
Kemudian saya tanya ke satpam di depan gerbang ski resort ke mana saya harus
cari taksi. Eh ternyata taksinya ya di depan gerbang itu. Banyak banget, tapi
ternyata taksi ga resmi dengan argo tembak RMB5000. Terus saya ngomong ke pak
satpam kalau di website bilang harga taksinya harusnya RMB2500. Pak satpam pun
berkelit “ohh itu harga yang dulu”. Ah si bapak mah bisa aja. Cuma gimana lagi, daripada ngabisin waktu
sampai jam 17.30 di ski resort dan uda ga main lagi, mendingan balik ke kota.
Bisa meng-eksplor tempat yang lain.
Akhirnya saya mengiyakan tarif, dan diantar pak supir ke halte untuk
naik bus. Untunglah dapet duduk di bus walau di bagian belakang. Saya
tertidur-tidur sepanjang perjalanan. Saat mulai memasuki kota, saya mulai
siap-siap mau turun. Tapi bingung juga, udah sampe Dongzhimen apa belum hihi.
Akhirnya bus sampai di perhentian terakhir dan semua penumpang turun. Waduh,
ini di mana. Tapi untunglah gampang menemukan station Metro.
Sampai di hostel, bingung mau ke mana. Kok ya masih ga kepikir buat main-main ke Bird
Nest. Malah main ke mall tempat tadi kami turun bus. Di sana nyobain makan
Pepper Lunch yang enak dan menunya berbeda dengan menu di Indonesia. Saya pesan
paket sukiyaki. Ntah efek laper apa kangen nasi, pesanan saya tandas bersih tak
bersisa.
Berhubung ini malem terakhir di Beijing karena besok malem kami sudah
pindah ke Shanghai, maka ga lama setelah berkeliling mall, kami pulang ke
hostel untuk packing dan bersiap-siap pindah kota ;)
No comments:
Post a Comment