Wednesday, June 28, 2017

Belanda Part 3 – Rotterdam dan Amsterdam di Malam Hari


Hari ini, hari kedua terakhir sebelum cabut dari Belanda dan menuju ke destinasi yang sesungguhnya, Iceland. Setelah kembali jadi traveller yang ga punya mobil sewaan lagi, kami hari ini ke Rotterdam naik train aja. Dari hotel kami ber-3 naik metro 50 dan turun di Lelylaan Station, kemudian beli tiket trainnya di sini. Sambil sedikit ragu dan bingung, kami berusaha pede aja beli tiket lewat mesin. Mesin ini hanya menerima pembayaran via kredit card atau OV Card (semacam Ezy Link kalau di Singapore). Maka kredit card saya pun beraksi. Penting banget untuk memastikan bahwa kartu kredit sudah pakai PIN, karena ga mungkin beli di mesin tapi verifikasi pake tanda tangan kan hihihi. Masing-masing dari kami menerima 2 lembar tiket yang bentuknya kaya kartu. Kayanya sih yang 1 itu buat dari Lelylaan Station ke Schipol, terus 1 nya lagi dari Schipol ke Rotterdam. Pas di Lelylaan Station, kami masuk sambil tap salah satu tiket yang sudah kami beli dari mesin. Kemudian pas sampai Schipol kami bingung apakah kami harus tap lagi atau ga. Apalagi mesin tap di Schipol itu kesebar aja berupa tiang-tiang di mana-mana, bukan berupa gate yang hanya akan terbuka jika di-tap. Jadi kalau di Schipol, tanpa tap kartu pun kita udah bisa masuk ke peron keretanya. Saya coba-coba tap tapi ga terjadi apa-apa. Mungkin memang ga perlu =)

Naik kereta ke Rotterdam sepertinya memakan waktu kurang lebih hampir 1 jam, ini kami sudah beli tiket yang direct, bukan yang pake transit-transit di berbagai stasiun. Oh iya, harga tiketnya dari Lelylaan ke Rotterdam blaak (stasiun kereta yang dekat dengan Kubuswoningen) adalah 18 euro per orang untuk 1x trip.

Begitu sampai di Rotterdam, kami mampir turun dulu di Rotterdam Central Station terus mencari kereta yang mengarah ke Rotterdam Blaak. Sungguh saya lupa kenapa harus turun dulu, mungkin rute keretanya emang cuma sampe Rotterdam Central Station aja kali ya.

Begitu sampai di Rotterdam Blaak, jejeran bangunan berbentuk kubus berwarna kuning  langsung kelihatan dari pintu keluar stasiun. Aha, ada food truck yang jualan jajanan khas Belanda. Kami ber-3 pesan masing-masing 1 jenis yang berbeda, biar bisa icip-icip. Duh ga ada foto makanannya, saya males moto haha. Langsung hap-hap-hap. Abis dan beli lagi *maruk* Nama makanannya pun tak ingat, sulit mengingat nama dalam bahasa Belanda gitu. Pokoknya gorengan lah.

Food Truck yang jual jajanan ala Belanda (kami ampe nambah-nambah)

Abis makan, kami berjalan-jalan ke arah Kubuswoningen. Bangunan kubus kuning yang saya lihat di film Negeri Van Oranje, sekarang ada di depan mata saya *terharu* *lebay*.
Lucu banget lihat kubus-kubus seperti jatuh ke arah yang sama, rapi, dengan warna kuning ngejreng. Dan ternyata ada hostel juga di rumah kubus ini. Ada Airbnb juga. Penasaran deh dalamnya kaya apa yah.


Kubuswoningen lagi sepi, jadi bisa bikin foto ini

Sebenarnya kami punya beberapa tujuan di Rotterdam, tapi akhirnya dicukupkan dengan berkeliling di sekitar Kubuswoningen dan mengunjungi pasar di dekat stasiun Rotterdam Blaak. Saya beli jeruk di sana *ke Beijing belanja jeruk, di Belanda belanja jeruk juga*. Mayan sih kurang kerjaan juga nenteng-nenteng jeruk dari Rotterdam dan dibawa keliling Amsterdam. Tas saya jadi penuh sekali. Tapi untung bawa ransel yang muat banyak haha.
Yang ini jualan gorengan juga, tapi berbahan dasar seafood. Kami beli udang goreng tepung sama cumi goreng tepung. Makannya pake saos yang dibawa dari Indonesia =)
Ikan segar di pasar dadakan dekat Rotterdam Blaak

Tomat-nya segar sekali
Keju segede ban vespa pun ada
Dari stasiun Rotterdam Blaak kami beli tiket kereta menuju Amsterdam Centraal Station. Harga tiketnya per orang ini kok agak ganjil ya, karena total harganya 56,6 euro, dibagi 3. Ntah deh.
Dalam perjalanan, kereta sempat berhenti sangat lama di salah satu stasiun. Kemudian terdengarlah pengumuman dalam bahasa Belanda, kemudian orang-orang mendadak pada bangkit berdiri dari tempat duduk dan turun dari kereta. Ga semua sih, tapi kebanyakan orang-orang pada keluar kereta. Lah, ada apa ini? Kami bingung. Akhirnya bertanya ke salah satu penumpang yang bilang kereta yang kami naiki ini masih menunggu agak lama lagi baru bisa diberangkatkan, ntah karena apa. Kalau mau buru-buru, bisa pindah ke kereta di peron yang lain. Baru juga kami mau ikut turun, orang-orang yang tadinya udah mengarah ke pintu, kok balik masuk lagi =)) ternyata ga jadi pindah kereta, kereta yang kami naiki udah mau jalan lagi.

Di Amsterdam Centraal Station, saya sempat mampir ke toko official merchandise Amsterdam, pengen beli hoodie, tapi untung ga ada ukuran *ga jadi beli malah untung, soalnya mahal* Begitu keluar dari station, sore itu langit berwarna sangattt indah. Orang-orang mengeluarkan kamera/handphone-nya untuk memoto langit yang cantik. Begitupun saya, sebenarnya masih pengen santai-santai menikmati keindahan langit, tapi teman saya udah ngibrit ke tempat tram-tram ngetem. Saya ga ingat naik tram nomor berapa dan ke mana =) pokoknya ngikut aja karena teman mau beli sepatu Docmart.

Cakepnya langit di Amsterdam sore itu
Sesampainya di lokasi sepatu Docmart, saya tergoda untuk nyobain dan pengen beli juga. Tapi untung insap, mo pake ke mana. Toh udah punya converse yang boots juga. Cukup-cukup. Tapi ternyata godaan datang dari toko di sebelahnya. Skechers. Haiz. Gara-gara di kantor yang sekarang boleh ber-sneakers ria, saya jadi punya alasan untuk beli sneakers baru. Toh kepake kok. Akhirnya belilah Skechers Go Ga Mat yang lagi diskon.

Sepatu udah dapet, kami pun berkeliling-keliling sambil mampir-mampir ke toko-toko di sana. Ada toko baju H & M, toko oleh-oleh, Kruidvart yang kaya Watsons di sini, toko es krim. Saya hampir beli ganja di toko oleh-oleh. Saking bingungnya mo beliin oleh-oleh apa buat adik di rumah, tanpa sadar tangan saya udah sampe ke rak yang berisi berbagai macam ganja dan olahannya. Haduh, untung nyadar.
Deretan oleh-oleh berbahan ganja yang hampir saya beli

Directory H&M, dari lantai -1 sampai lantai 4
Malam terakhir di Belanda, kami pengen cobain makanan khas Belanda. Tapi bingung juga, apa sih yang khas dari Belanda? Akhirnya setelah googling-googling, pilihan jatuh ke sebuah resto yang dapat peringkat bagus dari Trip Advisor (kami memang korban Trip Advisor, tapi ga pernah mengecewakan kok emang). Saya ga ingat nama resto-nya :p Yang saya ingat, kami sok tau pesan carpacio yang ternyata irisan daging sapi mentah. Begitu dihidangkan di meja, dan melihat irisan tipis daging berwarna merah, saya curiga kok terlihat seperti mentah, tapi sambil berharap mungkin itu semacam smoked beef. Tapi harapan itu pupus seketika begitu kami googling, yak, memang carpacio adalah makanan dengan irisan daging sapi mentah yang makannya ditemani sama daun-daun salad. Sudah dipesan, mau ga mau diabisin hahaha.

Si daging sapi mentah yang mau ga mau harus dimakan

Ini kayanya alkohol-nya sangat rendah, untuk menghindari tragedi hampir pingsan di Heineken Experience
Yang kanan itu katanya makanan khas Belanda. Kalo yang kiri sih steak ajah
Malamnya kami kembali ke hotel, sibuk packing karena besok kami terbang ke Iceland menggunakan Iceland Air. Repotnya adalah ternyata maksimal berat bagasi yang diijinkan oleh Iceland Air Cuma sekitar 22 kilogram. Sementara koper saya pas berangkat aja udah mendekati 22 kilogram, ditambah saya belanja ini itu, terutama coklat yang bikin berat. Udah pasti lebih dari 22 kilogram. Pusing pala barbie, sibuk bongkar pasang, untung teman bawa timbangan, jadi sebagian saya hand carry sekitar 10 kilogram (berat, tapi ternyata diijinkan untuk hand carry 10 kilogram maksimal).

Besok paginya saya dan seorang teman menyempatkan diri keluar dari hotel dan berjalan-jalan di sekitar Rijk Museum, berfoto dengan tulisan I AMSTERDAM yang ada di depan Museumplein Amsterdam, mampir foto-foto di kanal yang ada di Prinsengracht, dan kembali lagi ke hotel lalu cabut ke airport. Goodbye Belanda, Hello Iceland ;)

Kanal persis di depan halte tram Prinsengracht
I Amsterdam

Ketemu sama Dua Ransel dan Ransel Junior di Schipol, mereka mau ke Canada tapi transit di Iceland

Pesawat Icelandair bernama Hengill ini yang membawa kami ke Iceland