Tuesday, January 6, 2015

Sunrise di Gunung Bromo Pada Musim Hujan

Mungkin beberapa teman akan ngeliat saya sebagai orang yang kurang kerjaan, hobi banget bangun subuh-subuh untuk mengejar sunrise. Ga sering-sering amat kok, belum tentu juga setahun sekali haha..

Tanggal 27 Desember 2014 kemarin, setelah sempat tertunda beberapa kali, akhirnya saya dan 4 orang teman berhasil nongkrong di Pananjakan, bersama banyak orang-orang lain, duduk di sana, menanti matahari terbit.

Setelah beli tiket, booking hotel dan booking paket sunrise Bromo, seorang teman baru nyeletuk “Kita kok ke Bromo musim ujan ya?” Dan saya pun baru menyadari, duh, bener juga ya. Mo ngejar sunrise tapi kok di musim ujan -_-“ Tapi ga mungkin mundur lagi, karena semua persiapan udah beres. Cuma bisa pasrah sambil berharap ga turun hujan di tanggal 27 pagi. Sampe tanggal 26 malem, saya dan seorang teman masih usaha nyari informasi weather forecast dan sempat desperate juga karena semua weather forecast bilang akan hujan di tanggal 27 subuh.

26 Desember 2014

Kami memilih untuk menginap di Java Banana, yang menurut review adalah hotel terbaik yang ada di sekitar Bromo. Wajar lah jika kami dikenai paket seharga Rp. 1.650.000,- untuk paket sunrise Bromo ini. Paket sudah termasuk penjemputan di Surabaya menuju Bromo, menginap di Java Banana, jeep untuk mengantar ke Pananjakan dan Kawah Bromo, serta mengantar kembali ke Malang. Perjalanan dari Surabaya ke Bromo cukup melelahkan. Terutama kurang lebih 45 menit terakhir sebelum sampai di Java Banana. Jalan gunung yang berkelok-kelok dan naik turun sukses membuat kami ber5 terdiam di mobil. Mual! Untunglah saya punya trik tersendiri untuk mengatasi mual ini. Buka aja jendela mobil, dan hirup udara segar pegunungan. Mual sedikit berkurang, dan untungnya akhirnya kami sampai di Java Banana =))

Gerimis mengiringi perjalanan kami menuju Java Banana, dan setibanya di sana, kabut tebal menghalangi pandangan kami ke bukit-bukit hijau yang ada di sekitar hotel. Waduh.. jangan sampai besok saat mau lihat sunrise kami ditemani kabut setebal itu.
Begitu sampe Java Banana, disambut kabut tebal seperti ini. Siapa yang ga khawatir -_-"
Perjalanan kali ini memang berasa kurang matang, saya ga browsing sama sekali tentang Java Banana. Yah emang ada serunya sih, karena pasti ada kejutan-kejutan yang bakal saya terima karena ga punya info apa-apa tentang hotel ini. Tapi salahnya adalah ga siapin bekal maupun cemilan apapun untuk menginap semalam di Java Banana ini. Sementara lokasi hotel jauh dari mana-mana. Siang itu pun kami makan di resto Belanga yang ada di Java Banana. Saya memesan bakmi goreng Jawa seharga 70.000 rupiah. The most expensive bakmi goreng Jawa I ever ordered haha.. Untunglah rasanya enak juga.

Selesai makan dan berfoto-foto, kami pun berusaha mencari warung untuk beli sedikit cemilan-cemilan buat bekal naik ke Bromo besok pagi. Ternyata ada warung bakso di depan Java Banana tapi saat kami lewat, ada tulisan “Bakso Habis” terpampang di jendela-nya.

Sore itu saya uda pake kostum berlapis-lapis. Selain memang dingin, kondisi badan saat itu agak kurang fit. Jadi saya mengantisipasi daripada kedinginan, mendingan dihangatkan dulu dengan memakai 3 lapis pakaian sebelum memakai jaket paling luar hahaha.. Setelah berjalan-jalan, kami melihat ada deretan warung dan memutuskan mampir ke sana untuk belanja beng-beng dan susu jahe sachetan =)) *si susu jahe akhirnya ga sempet diminum, dan dibawa ke Jakarta juga ujung-ujungnya*
Ngintip-ngintip dalemnya kaya ada stage gitu, mungkin Jazz Gunung diadakan di sini?
Kami nongkrong di Gallery yang ada di Java Banana sambil ngemil pisang goreng dan pisang bakar, ditemani segelas coklat panas. Di saat 3 orang teman sudah siap-siap untuk tidur, saya dan teman sekamar kembali ke resto Belanga dan memesan sepiring nasi goreng sebagai makan malam untuk kami ber-dua. Lagi-lagi nasi goreng termahal yang pernah saya pesan, 69.000 rupiah saja =)

Selesai makan, saatnya tidur karena kami harus bangun pukul 2 pagi dan bersiap di lobby pukul 2.30 pagi.

27 Desember 2014

Alarm saya berbunyi, jam menunjukkan pukul 02.05. Anehnya, saya ga merasa ngantuk sama sekali. Langsung bersiap-siap dan bergabung dengan 3 teman lain dari kamar sebelah untuk berjalan menuju lobby. Dalam hati harap-harap cemas juga, jangan hujan.. jangan hujan...

Udara pagi itu tidak terlalu dingin, atau karena saya udah pakai baju terlalu banyak lapis ya =)) heattech Uniqlo + kaos oblong + turtleneck Uniqlo berbahan fleece + sweater merino Uniqlo + jaket fleece Uniqlo + jaket IP Zone tebal. Lengkap dengan topi kupluk, syal dan sarung tangan pinjeman. Dan untuk bawahannya saya pakai heattech Uniqlo + celana kargo *sungguh saya bukan duta Uniqlo*

Di lobby, Kami bertemu dengan pak Tris, driver jeep yang akan membawa kami ke Pananjakan. Pagi itu masih gelap, tapi langit bertaburan bintang. Indah. Sama indahnya seperti langit di Borobudur saat saya akan naik ke Candi untuk menikmati sunrise dari atas candi. Menyesal ga belajar teknik memoto bintang di langit gelap T_T

Pak Tris menginformasikan kalau dia akan membawa kami ke Pananjakan bawah yang tidak terlalu ramai orang. Menurut pak Tris Pananjakan yang di atas sudah terlalu crowded. Kami yang ga tau apa-apa, bingung juga ketika diminta memilih. Mau ke Pananjakan yang mana? Akhirnya kami berhenti di Pananjakan bawah, dan  saat itu sudah ramai dengan jeep-jeep lain yang sudah parkir di pinggir jalan. Menurut pak Tris, coba lihat dulu di Pananjakan bawah ini kalau view-nya kurang bagus, dia bersedia membawa kami ke Pananjakan atas. Tapi kan gelap ya, Pak. Jadi kami juga ga tau gimana view-nya di sana hahaha..

Akhirnya kami pasrah aja dibawa ke Pananjakan bawah, mendaki bukit kecil dengan kemiringan yang menurut saya 45 derajat, dan cukup bikin ngos-ngosan. Lalu sampailah kami di tempat untuk menunggu sunrise. Masih cukup sepi saat itu, jadi kami dapat tempat yang cukup bagus dan tidak terhalang orang lain. Tripod pun saya pasang, dan kami ber5 berkumpul di sekitar tripod. Kami menyebutnya sebagai tempat VVIP =)

Matahari baru akan terbit sekitar jam 5.45, dan saat itu masih jam 4.30 pagi haha.... suhu udara saat ini menurut pak Tris sekitar 18 derajat saja. Berbeda dengan suhu udara di Bromo saat musim kemarau yang katanya bisa turun sampai sekitar 5 derajat. Pak Tris memberi tahu bahwa di depan kami ada gunung Batok, gunung Bromo dan di kejauhan terlihat gunung yang menjulang tinggi dan berasap. Ternyata itulah gunung Semeru. Kelap kelip lampu yang ada di dekat puncak Semeru merupakan lampu milik pendaki yang sedang menuju puncak Semeru. Keren!!  Sementara di bawah, deretan jeep sedang bermacet-macet ria menuju ke Pananjakan. Sepertinya efek musim liburan sehingga pengunjung pun membludak dibanding hari-hari lainnya.

Ketika akhirnya matahari mulai bersinar, dan semua yang di sekeliling mulai terlihat, kami sibuk foto-foto =) bukannya duduk manis menikmati indahnya alam ya. Sayang matahari tertutup awan pagi itu. Jadi hanya terlihat langit yang agak berwarna jingga. Dan sayang nya lagi gunung Batok sedang tidak diselimuti kabut seperti di foto-foto lain yang pernah saya lihat di google haha.. Kami bersyukur pagi itu tidak hujan. Jadi kami bisa menikmati indahnya pemandangan pagi itu tanpa kesulitan berarti.
Foto sejuta umat - Gunung Bromo, Gunung Batok dan Gunung Semeru dalam satu frame

Selain pemandangan gunung Batok, gunung Bromo dan gunung Semeru, saat akan kembali ke jeep, kami kembali menikmati  pemandangan pegunungan indah di sisi yang berlawanan dengan gunung Bromo. Ntah gunung apa itu, tapi saya suka sekali dengan adanya awan-awan tipis di depan gunung itu. Benar-benar kaya lagunya Katon Bagaskara, Negeri di Awan =D

Turun dari sana, kami menuju jeep lagi untuk melanjutkan perjalanan ke lautan pasir untuk naik ke kawah gunung Bromo. Karena kelamaan foto-foto di Pananjakan, kami baru sampai di lautan pasir sekitar pukul 07.00 dan hanya punya waktu 2 jam untuk naik ke kawah dan kembali ke jeep. Untuk menuju kawah, sebenarnya banyak kuda yang disewakan, dan harganya hanya 50.000 saja untuk sampai ke kaki kawah, bahkan kata seorang teman, ada yang menawarkan 100.000 untuk 3 kuda. Selebihnya harus dengan usaha sendiri, naik kaki menaiki hampir 250 anak tangga. Tapi kami kemarin merasa masih kuat untuk naik dengan mengandalkan usaha sendiri, jadi dari turun jeep sampai ke kawah, kami semua berjalan kaki. Tantangannya adalah selain jalannya mendaki, kami juga harus hati-hati jangan sampai diseruduk kuda dan menginjak kotoran kuda. Di sini masker berguna sekali akibat kotoran kuda di mana-mana. 
Betapa teriknya matahari bersinar di sini, saya langsung buka segala jaket yang tadinya dipakai

Setelah cukup ngos-ngosan, sampailah kami ke kaki kawah gunung Bromo. Saking ramainya pengunjung, 250 anak tangga untuk menuju ke kawah tidak membuat kami capek sama sekali karena dinaiki satu per satu sambil antri. Saya sebenarnya menghitung berapa persisnya anak tangga yang kami naiki, tapi begitu sampai di atas, langsung lupa hahaha..
Jangan ke Bromo pas musim liburan, lihat antrian manusia di tangga


Kawah yang ke sininya kudu naik tangga dan antri pula
 Saking ramainya, kami hanya menengok sebentar ke kawah dan langsung antri untuk turun kembali karena jam 9 kami harus sudah kembali ke jeep. Turun ke bawah lebih cepat karena memang tangga lebih kosong. Sesampainya di jeep, kami sempatkan dulu berfoto di depan jeep orange yang tumpangi dengan latar belakang gunung Batok.
[Bukan] showroom jeep

Kami pun kembali ke Java Banana dan syukurlah masih kebagian breakfast. Wah, ini mungkin efek lapar habis naik gunung. Semuanya kalap, sarapannya banyakk =))

Selepas sarapan, kami pun kembali ke kamar, packing dan melanjutkan perjalanan ke Malang.

Perjalanan ini pun semakin memantapkan kalau saya lebih suka gunung daripada pantai. Dan berjanji akan kembali lagi di musim kemarau dan tidak saat musim liburan supaya bisa lebih fokus menikmati sunrise :D