Hari
Pertama (Jakarta – Hongkong – Beijing)
Tanggal 18 Desember 2016, jam 3 pagi saya
dan temen udah menuju bandara. Maklum lah, nasib tiket promo, yang murah cuma
penerbangan jam 5 pagi. Masih terlalu pagi sampai-sampai counter wrap bagasi di
bandara pun belum buka. Untunglah saya dan teman sudah antisipasi dengan membawa
trash bag hitam dan lakban untuk membungkus carrier kami. Jadi buat yang bawa
carrier, pastikan bahwa carrier selalu di-wrap untuk mencegah carrier rusak
saat masuk ke bagasi.
empat tas yang kami bawa ke China, 2 di antaranya dibungkus trash bag karena mau masuk ke bagasi |
Sungguh, ini bukan sampah. Ini carrier keren kami yang sudah dibungkus trash bag |
Jam 11 siang waktu Hong Kong, saya dan
teman sampai di Hong Kong untuk transit selama 1 jam.
Sesuai jadwal, jam 15.20 waktu Beijing
(cuma 1 jam lebih cepat daripada Jakarta), kami pun mendarat di Beijing. Begitu
keluar dari pesawat, udara dingin langsung menyapa. Hello again, huge freezer.
Begitu selesai antri di imigrasi,
menunggu bagasi, dan berganti pakaian untuk menghadapi suhu udara minus di luar
sana, kami menuju ke Happy Dragon Hostel.
Dari Beijing International Airport, kami
menuju ke kota menggunakan airport express yang tiketnya bisa dibeli langsung
di loket airport express seharga 25RMB. Kami turun di Dongzhimen station,
kemudian dari situ kami melanjutkan perjalanan ke Dongsi Station yang merupakan
station terdekat menuju ke hostel. Di Dongzhimen kami membeli yikatong, semacam
ezylink card di Singapore, atau T-Money di Korea. Harga yikatong 50RMB, di mana
20RMB merupakan deposit yang akan dikembalikan jika kita mengembalikan kartu
sebelum meninggalkan Beijing. Untuk mempermudah melihat peta metro, saya sudah
download aplikasi di handphone.
Kami menuju exit B Dongsi Station,
kemudian menyebrang jalan dan menuju ke gang di sebelah kantor pos. Tinggal
berjalan terus saja sampai menemukan papan nama Happy Dragon Hostel yang
bersinar terang dalam gelap ada di sisi kanan. Secara lokasi sebenarnya cukup
ok, walau harus berjalan di gang gelap tanpa lampu setiap malam, untunglah aman tanpa gangguan sama sekali.
Setelah check in dan meletakkan barang,
saya dan teman memutuskan untuk mencoba bebek peking yang terkenal di restoran
bernama Quan Ju De di Wangfujing. Sayangnya, tidak ada petunjuk yang jelas
bagaimana cara menemukan bebek ini setelah keluar dari station metro
Wangfujing. Alhasil setelah berjalan cukup jauh di Wangfujing Avenue, saya
memutuskan untuk memberanikan diri menghampiri pak Polisi yang sedang berjaga
di sana. Ternyata saya sudah keterusan. Patokannya adalah China Photo Studio
yang hurufnya berwarna merah, dan masuk lah ke jalan kecil yang ada di
depannya. Quan Ju De ada di kiri jalan. Makan malam pertama kami di Beijing,
mahal! Tapi berkesan. Kami pesan ½ ekor bebek peking, dan 1 jenis lauk yang
kami kira tahu goreng tapi ternyata sepertinya daging bebek juga, dan kami ga
doyan T_T
Bebek pekingnya enak, cuma saya pada
dasarnya ga terlalu doyan daging. Jadi lebih menikmati best part dari si bebek
yaitu berupa selembar kecil kulit bebek yang dipanggang dengan sempurna,
kemudian dicocol dengan gula pasir pas makan. Begitu digigit, mulut rasanya
meriah banget. Minyak dari kulit bebek yang crispy beradu dengan gula pasir
yang kriuk-kriuk. Enak! Siapa ya yang menciptakan perpaduan kulit bebek dengan
gula pasir ini. Brilian banget.
Makan bebek Peking di Peking |
Sudah cukup malam sehingga kami tidak ke mana-mana lagi dan memutuskan kembali ke hostel untuk menebus kurang tidur supaya di hari ke-2 besok badan ga kecapean.
Hari
Kedua (Summer Palace, Temple of Heaven)
Kami
kesiangan bangun, sehingga baru keluar hostel jam 10-an, makan Mc Donald dulu
di dekat Dongsi Station, baru menuju Summer Palace. Mungkin karena kesiangan, pork burger-nya pun
udah abis.
Untuk menuju Summer Palace, bisa naik
metro turun di BeigongMen Station. Di dalam station, sudah ada petunjuk ke
pintu mana harus exit untuk mencapai Summer Palace. Kemudian dari exit itu,
berjalan ke kiri saja sampai menemukan gerbang masuk Summer Palace. Tiket
masuknya RMB40. Di depan loket banyak calo *iya, anggap aja calo* yang asumsi
saya sih nawarin jasa tour di Summer Palace. Summer Palace sangat luas, dan harusnya
beli map yang dijual (lupa berapa harganya, tapi akhirnya ga iklas beli) supaya
tahu tujuan dan ada apa saja di dalam Summer Palace. Karena ga pegang map, jadi
jalan di dalam Summer Palace tanpa tujuan, sempat mampir sebentar ke sebuah tea
house yang sayang bangunannya kurang terawat dan harga teh nya muahal banget.
Untung bawa minum sendiri. Makan juga sharing aja. Kalau saja kami mau sabar
sedikit, beberapa ratus meter dari tea house ternyata ada food court dan toko
souvenir :D
Tidak sampai habis kami memutari Summer
Palace, kami harus menuju ke Temple of Heaven.
Untuk menuju ke Temple of Heaven, kami
turun di station Tian Tan Dong Men. Saya curiga sebenernya tujuan kami ini
sudah tutup, karena informasi yang saya baca bahwa temple tutup jam 5. Tapi kok
loketnya buka ya. Ya sudah langsung buru-buru beli tiket dan masuk ke dalam.
Ternyata di dalamnya ada taman cukup luas, ada om-om dan tante-tante yang main
ntah kartu atau catur China, barulah kemudian ada gerbang lagi untuk masuk ke
Temple of Heaven. Dan benar saja, gerbangnya sudah tutup T_T saya kesorean. Harusnya
pagi ke Temple of Heaven dulu, baru ke Summer Palace.
Kecewa karena ga bisa ke Temple of
Heaven, kami langsung cari makan, kebetulan di seberang ada mall. Kami sudah antri
di Yoshinoya, tapi waktu melihat menunya, kok kayanya ga menarik ya. Akhirnya kami
kabur dan menemukan food court di dalam mall. Begitu tiba di 1 stand makanan,
saya lgsg “oke saya mau yang ini aja”. Soalnya ada nasinya *penting*, telor
kukus, sayur hijau cah bawang putih dan sop lobak iga babi. Berasa sayur di
rumah masakan mamak haha.
Selesai makan kami ke Sanlitun. Tujuan
utama cuma mau belanja di Uniqlo, kali-kali lebih murah dari di Jakarta. Dari
station Tuan Jie Hu, kami menyusuri jalan sambil kedinginan, sambil khawatir
berjalan ke arah yang salah. Tapi begitu melihat keramaian di depan mata, saya
tau kalo kami sudah menuju ke arah yang benar. Ada di Sanlitun, rasanya kaya
bukan di Beijing. Beijing yang biasanya terkesan kuno, dengan bangunan-bangunan
bernilai sejarah, tidak terasa di Sanlitun. Sanlitun terasa sangat modern,
dengan deretan toko-toko bermerk, cafe/bar tempat nongkrong.
Untunglah heattech extra warm sedang promo
buy 1 get 1. Lumayan banget lebih murah jadinya dibanding di Jakarta. Heattech
extra warm ini kami butuhkan besok saat naik ke tembok China. Takut kedinginan.
Di Sanlitun ada supermarket, jadi kami
sempatkan belanja sedikit untuk bekal, dan jajan es di sebuah cafe bernama “Ice
Monster”. Dasar edan ya, sedang musim dingin malah jajan es.
Kemeriahan Sanlitun |
Untunglah waktu pulang kembali ke hostel, kami tidak extra kedinginan akibat menyantap es.