Sunday, December 25, 2016

Bertualang di Negeri Tirai Bambu (part 6-tamat)


 Menuju Kembali ke Indonesia
Hari keempat di Shanghai, temen perjalanan saya lagi-lagi mau sarapan ke Jia Jia Tang Bao. Masih harus antri juga, dan sambil antri, saya jajan the crepes ala China di seberang Jia Jia Tang Bao. Enak. Kali ini sudah lebih expert pesennya. Selain pesan dua porsi xiao long bao, kami masing-masing pesen sop telor rumput laut buat teman makan xiao long bao. Saking ramenya lagi-lagi kami sharing meja dengan pengunjung lain. Kali ini satu meja dengan dua orang lokal Shanghai yang sibuk ngobrol dan dua orang cewe Korea yang surprisingly salah satunya udah pernah ke Indonesia.

Setelah kenyang makan, maka kami menuju ke Qibao Ancient Town dengan naik Metro, turun di Qibao Station dan berjalan keluar dari Exit 2. Sebenarnya ada 1 lagi water town di Shanghai, namanya Zhu Jia Jiao, tapi lebih jauh dan ribet. Jadi kami ke Qibao Ancient Town aja yang lebih deket. Dari Exit 2 ini masih harus berjalan lumayan juga, tapi ga kerasa jauh soalnya kanan kirinya banyak toko-toko juga. Ada tempat makan juga. Sampai akhirnya bertemu gerbang masuk bertuliskan Qi Bao Gu Zhen dalam bahasa Mandarin. Dari gerbang itu, kami berjalan di gang kecil yang kanan kirinya toko souvenir, toko teh, toko snack, dan ramenya minta ampun. Kami melipir sebentar di tukang jajan yang jual Tanghulu. Kali ini saya beli Tanghulu yang buahnya strawberry. Gulanya lebih enak yang di Beijing, lebih empuk dan ga keras. Abis makan, kami berjalan lagi lebih ke dalam dan menemukan pemandangan yang lazim ditemui di film-film silat. Jembatan yang bagian bawahnya melengkung dan bisa dilalui perahu. Ketika ingin melanjutkan berjalan lagi ke gang berikutnya, kami menyerah sebelum mencoba setelah melihat lautan manusia memenuhi gang itu.
Gerbang depannya Qi Bao Lao Jie
Jalanan di dalam area Qi Bao Ancient Town
Jembatan ala film Kabut Cinta :p

Begitu melihat kerumunan ini, kami menyerah dan mencari jalan lain
Pulang dari Qibao Ancient Town, kami kembali lagi ke Nanjiang Pedestrian Road. Ini kok kayanya jadi tempat favorit kami yah. Baliknya ke sini mulu.
Sebelum meninggalkan Shanghai, kami mau mencoba Hai Di Lao Hotpot yang terkenal. Lokasinya ada di dalam mall yang ngakunya sih mall pertama di Shanghai. Begitu sampai sana, kami mengambil nomor antrian, dan ketika mengantri sudah disuguhi minuman dan cemilan sambil menunggu. Antriannya panjang sekali. Saya lupa, tapi begitu mengambil nomor antrian kami sudah dikasi tahu kira-kira harus menunggu berapa lama. Bukan menunggu berapa menit lagi, tapi sudah harus menunggu berapa jam lagi.
Meriahnya lampu-lampu di Nanjing Pedestrian Road - ntah kenapa orang-orang itu ngeliat ke atas
Daripada bengong menunggu, akhirnya kami bilang ke pelayan kalau kami mau jalan-jalan dulu dan akan kembali lagi beberapa saat sebelum giliran kami tiba. Alhasil jadinya jalan-jalan lagi di pedestrian road, kembali ke hotel untuk taruh tas. Dan keluar lagi hanya dengan membawa dompet dan handphone untuk makan di Hai Di Lao. Untunglah saat kembali ke sana, kami langsung dapat giliran.
Kami minta sop-nya 2 macam, yang 1 mala tang yang puedesss ga bisa dimakan. Yang satu sop kaldu biasa aja. Lagi-lagi kami harus bermain tebak-tebak huruf saat mau pesen. Pesannya pakai iPad dan semua menu di iPad bertuliskan mandarin. Saya pun minta menu berbahasa Inggris, dan kami pun sibuk mencocokkan menu berbahasa Inggris di kertas dengan menu berbahasa Mandarin di iPad.
Waitress nya ga sabaran banget pula buru-buru nyuruh kami menyudahi order padahal kami masih bingung. Ya sudahlah, ntar klo kurang order lagi.
Makan shabu-shabu dicocol saos kacang nih enak ternyata
Restoran mahal itu beda yah. Kami dikasi iket rambut buat iket rambut selama makan. Tas ditutupi kain supaya ga kotor klo-klo ketetesan makanan.
Segala macam saos dan side dish disediakan di 1 meja tersendiri dan free flow. Saya sih ambil saos kacang dan daun yensui yang banyak buat cocolan. Ternyata enak loh makan shabu-shabu pake saos kacang. Emang keliatannya aneh, tapi cocok juga ternyata.
Overall saya lebih doyan makan di Xiabu-xiabu yang kami coba di Beijing Station sebelum perjalanan ke Shanghai. Mungkin gara-gara mala tangnya puedess banget sampe semua yang dimasak pakai mala tang nyaris ga bisa dimakan. Parah.

Selesai makan sudah jam 11 malam, dan kami berjalan kaki ke hotel melewati Nanjing Pedestrian Road yang sudah sepi dan sedang dicuci jalanannya. Kontras sekali dengan Nanjing Pedestrian Road yang kami lewati beberapa jam sebelumnya. Orangnya seperti disulap, voila, sisa beberapa orang doank yang masih keliaran.
Jalanan basah karena sedang dicuci, dan orang-orang udah menghilang semua 
Toko Etude-nya cakep banget
Besok kami sudah kembali ke Indonesia, dan malam terakhir tentu harus packing mati-matian. Carrier pinjaman yang saya pakai modelnya top loader. Susah sekali menata barang ke dalam carrier kalau aksesnya hanya dari bagian atas saja. Saya pun packing sembarangan dan memanfaatkan travel bag yang emang udah saya siapkan dari Jakarta untuk menampung barang-barang yang udah ga bisa masuk lagi ke dalam carrier.

Akhirnya tiba waktunya kembali ke Jakarta yang panas dan macet. Paginya sebelum check out, kami sempatnya cari sarapan bakpao di dekat hotel, mampir ke convenience store dan supermarket dekat hotel. Dan akhirnya memutuskan ke airport naik Maglev, kereta super cepat Shanghai untuk ke airport. Speednya bisa sampai 300/400 km/jam, saya lupa deh persisnya.
Beruntung kami cepat sampai di airport dan dikasi flight lebih awal dari yang seharusnya, sehingga waktu transit kami di Hongkong lebih lama sedikit. Jadi ga grudak gruduk banget pas transit.
Goodbye China. Kata orang China jorok, orang-orangnya kasar, ga menyenangkan. Tapi saya suka China. Saya akan kembali lagi, suatu hari nanti.
Naik Maglev dengan speed 301km/jam. Pusing kalau kelamaan lihat ke luar

Shanghai Pudong Airport
Astaga, butuh waktu satu tahun buat menamatkan cerita tentang perjalanan ke China *memang saya terlalu malas meng-update ke Blog, padahal sih udah jadi ceritanya di Word*
Jadi akhirnya, inilah akhirnya cerita perjalanan ke China di bulan Desember tahun lalu. Saatnya menulis lagi untuk perjalanan terbaru, menjelajah negara barat nun jauh di ujung sana yang ga pernah kepikir sebelumnya saya akan pergi ke sana ;)

No comments:

Post a Comment