Tuesday, February 9, 2016

Persiapan Menuju Negeri Tirai Bambu

Desember tahun lalu, saya dan seorang teman ­ngebolang ke China, mengunjungi 2 kota, Beijing & Shanghai. Cita-cita temen saya cuma pengen naik tembok China, dan klo saya ketambahan pengen main ski lagi.

China, ntah kenapa di mind set orang-orang itu selalu negatif. Toiletnya ga manusiawi, orangnya katanya galak dan tegaan. Bahkan cerita seorang teman, dia pernah diturunkan sama supir taksi di tengah jalan karena supirnya ga mo ngelanjutin perjalanan lagi. Wedew. Tapi, membaca blog-nya Pandji tentang perjalanan Mesakke Bangsaku World Tour (MBWT) di Beijing tahun 2014 lalu, bikin saya makin penasaran sama Beijing, namun di sisi lain, baca postingan mas Arie yang ikut ke Beijing pas MBWT tentang horor-nya toilet di Beijing, baca buku Naked Traveler tentang toilet di Beijing yang tak bersekat, dengar bit-nya Ernest Prakasa tentang Beijing, saya jadi maju mundur, ke Beijing, ga, ke Beijing, ga hahaha.

Saya pun jadi agak parno. Bukan saya doank, bahkan emak di rumah pun bolak balik memastikan kenapa ga ikut tour aja. Daripada 2 orang cewe dengan bahasa mandarin apa adanya jalan sendiri. Ke China lagi.
Tapi kok kayanya ga asik banget ya kalau ikut tour. Belum lagi katanya kalau ikut tour itu ada kunjungan ke toko-toko yang diwajibkan oleh pemerintah China.
Saking parnonya, saya dan temen ampe beli travel insurance. Klo saya karena parno sama China-nya, takut kenapa-kenapa di China, klo temen parno sama bagasi takut ketinggalan karena waktu transit yang terlalu mepet. Tapi syukurlah semua aman sentosa sampai kami kembali ke Indonesia.

Pembelian Tiket
Tiket ke China dibeli sekitar bulan Agustus 2015 di event Kompas Travel Fair 2015. Rencana awal adalah melewatkan Natal dan Tahun Baru di negeri Tirai Bambu, berangkat tanggal 23 Desember 2015 dan pulang tanggal 2 atau 3 Januari 2016. Tapi apa daya, tanggal 23 Desember sudah masuk blackout period di semua airlines yang berpartisipasi di travel fair, yang berarti tidak ada harga promo di tanggal tersebut. Terpaksa tanggal keberangkatan dipercepat, dan pulang juga harus dipercepat karena saya dan teman ga punya cuti lagi.
Akhirnya dapat tiket Cathay Pasific, berangkat tanggal 18 Desember 2015 ke Beijing dan pulang dari Shanghai tanggal 27 Desember 2015, sekitar 11,4juta sekian untuk berdua, dapat cash back 500ribu karena saya beli tiketnya pakai CC CIMB Niaga yang kebetulan jadi official partner di travel fair tersebut, dan bisa dicicil 12 bulan pula. Lumayan :p

Menyusun Itinerary
Hasil googling sana sini, tanya sana sini. Akhirnya dapat beberapa tempat yang ingin saya kunjungi. Saya segera menyusun list-nya, mendiskusikan dengan teman seperjalanan, dan meminta masukan dari teman yang pernah tinggal di Beijing. Sementara untuk perjalanan di Shanghai, sepertinya kami kehabisan ide mau ke mana. Sepertinya objek wisata lebih banyak di Beijing daripada di Shanghai.
Itinerary berikut saya lampirkan saat apply visa China, karena itinerary merupakan salah satu persyaratan dokumen yang diminta.
Setelah dilihat lagi, banyak juga tempat-tempat yang ga sempat dikunjungi

Tempat Tinggal Selama di China
Seperti biasa, pasti cari tempat menginap yang dekat station metro, lokasi di tengah-tengah, supaya mempermudah perjalanan, dan tidak menghabiskan waktu hanya untuk menuju ke satu tempat gara-gara tempat menginap yang kejauhan. Setelah mencari-cari di Agoda, akhirnya diputuskan untuk menginap di Happy Dragon Hostel Beijing. Sementara di Shanghai kami memilih Shanghai Fish Inn Bund.
Saya ga rekomendasikan Happy Dragon Hostel kalau mau mencari kenyamanan. Saya pesan kamar untuk berdua dengan kamar mandi di dalam. Kamarnya sempit, listrik kamar tidak stabil saat saya baru pertama datang. Parahnya lagi, water heater juga tiba-tiba rusak saat saya mandi. Tapi memang harganya murah. Saya bayar sekitar 1,47juta untuk 4 malam, untuk ber-2. Jadi seorang kurang lebih 183ribu rupiah per malam. Wajar kalau kurang nyaman. Atau mungkin hanya kurang beruntung saja sehingga dapat kamar yang bermasalah.
Maaf spreinya udah berantakan. Sebelah kanan kasur udah pintu ke kamar mandi

Kamar mandi dengan heater yang sempat rusak saat saya mandi - terpaksa melanjutkan mandi dengan air sedingin es
Setelah kurang nyaman selama tinggal di Beijing, ketika check in di Fish Inn Bund Shanghai, rasanya senang sekali. Penginapan di Shanghai ini saya rekomendasikan banget. Kamarnya luas, bersih, resepsionis dapat berbahasa Inggris dengan baik, dan lokasi yang benar-benar strategis. Tinggal jalan kaki saja ke Nanjing Pedestrian Road. Bahkan bisa juga jalan kaki sampai ke kawasan the Bund, Yu Garden. Tempat makan dan convenience store ada di dekat Inn.  Tentu saya kenyamanan yang didapat ini berbanding lurus dengan harga yang jauh lebih mahal. Saya dapat harga sekitar 2,9juta untuk 4 malam, untuk ber-2. Jadi seorang kurang lebih 362ribu rupiah per malam.

Perjalanan dari Beijing ke Shanghai
Untuk berpindah kota dari Beijing ke Shanghai, saya dan teman memutuskan naik train saja. Ingin mencoba sleeper train karena kami memilih jalan malam supaya hemat hotel 1 malam. Tapi kok ga yakin ya satu kamar dengan orang tak dikenal di satu ruangan, karena sleeper trainnya bisa diisi untuk 4 orang. Akhirnya kami memilih train kelas D, seperti kereta biasa yang bangkunya bisa direbahkan. Di China ada beberapa kelas kereta. D Train lebih lambat dibanding G Train, tentu harga juga lebih murah D Train. Untuk membeli tiketnya, kami beli online dulu lewat bantuan travel agent di China sana, kemudian memilih opsi supaya tiket dikirimkan ke hostel tempat kami menginap. Tujuannya supaya saat di stasiun kami tidak bingung harus mencari cara print tiket, dst. Melalui website www.chinatripadvisor.com, kami melakukan pembelian tiket yang sesuai dengan jadwal perjalanan kami. Pembayaran dapat dilakukan melalui kartu kredit/PayPal. Kemudian kita diminta melampirkan copy paspor juga. Saat sampai di Happy Dragon Hostel, resepsionis langsung memberikan saya paket yang berisi tiket kereta yang sudah dicetak.

Modem Internet
Saat ke Korea awal tahun 2015 kemarin, saya dan teman-teman menyewa portable modem yang bisa disharing ke 5/6 orang sekaligus. Terasa jauh lebih murah daripada mengaktifkan paket data dari provider Indonesia di luar negeri. Dan selain buat ngeksis, internet berguna kalau kita mulai nyasar. Maka ke China ini pun saya sewa modem lagi. Bedanya, internet di China tidak bisa untuk buka google, maka saya juga bayar VPN supaya saya tetap bisa akses google. Modem saya sewa dari www.3gsolutions.com.cn, berikut VPN-nya. Kemudian saya minta modem diantar ke Happy Dragon Hostel juga. Paket modem datang berikut amplop untuk kita gunakan setelah selesai menggunakan, sehingga kita tinggal minta tolong resepsionis hotel untuk mengirimkan kembali sesuai alamat yang sudah diketik di amplop.

Itinerary dan cerita perjalanan selama di China ada di postingan terpisah J